Gowa, 24 November 2025 — Sekolah Tinggi Theologi (STT) Arastamar Wamena (SARANA) Papua melaksanakan kegiatan studi banding (benchmarking) sekaligus penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Kegiatan ini secara khusus berfokus pada penguatan dan pengembangan Program Studi Sosiologi Agama, dan berlangsung di Ruang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar.
Kunjungan akademik ini merupakan bagian dari langkah strategis STT Arastamar Wamena dalam meningkatkan mutu tata kelola pendidikan, penguatan kurikulum, serta sistem penjaminan mutu internal yang adaptif, kontekstual, dan relevan dengan dinamika sosial-keagamaan di Papua Pegunungan. Benchmarking ini juga menjadi wujud komitmen STT Arastamar untuk terus belajar, terbuka, dan membangun jaringan kemitraan yang kokoh lintas institusi dan lintas tradisi keilmuan.
Rombongan STT Arastamar Wamena dipimpin langsung oleh Ketua STT SARANA, Dr. Sensius Amon Karlau, M.Pd.K, didampingi oleh:
-
Dr. Edie Rante Tasak, MM (Wakil Ketua I)
-
Dr. Ivo Sastri Rukua’, M.Pd.K (Direktur Pascasarjana STT SARANA Wamena)
-
Yosef Iswanto Padabang, M.Pd (Ketua LPMI / Lembaga Penjaminan Mutu Internal)
Kehadiran pimpinan dan jajaran struktural ini menunjukkan keseriusan institusi dalam menata arah pengembangan akademik secara terencana dan berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Dr. Sensius Amon Karlau, M.Pd.K menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan atas sambutan hangat dari pihak UIN Alauddin Makassar. Ia menegaskan bahwa kunjungan ini bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi merupakan ruang pembelajaran langsung terhadap praktik-praktik baik (best practices) dalam pengelolaan Program Studi Sosiologi Agama, mulai dari aspek kurikulum, tata kelola, hingga strategi peningkatan daya saing lulusan.
“Kami mengucapkan terima kasih atas penerimaan yang luar biasa dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar. Kami datang dengan semangat belajar, membuka diri, dan membawa harapan agar STT Arastamar dapat terus berkembang menjadi lembaga yang kontekstual, berintegritas, dan unggul dalam pelayanan pendidikan teologi di Papua,” ujar Dr. Sensius dalam pertemuan tersebut.
Dari pihak UIN Alauddin Makassar, kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Prof. Dr. Muhaemin, M.Th.I., M.E, serta dihadiri oleh jajaran Wakil Dekan, Ketua Prodi, Sekretaris Prodi, Gugus Penjaminan Mutu, dan dosen-dosen Program Studi Sosiologi Agama. Proses diskusi dipandu oleh Dr. Wahyuni, S.Sos., M.Si, yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Prodi Sosiologi Agama pada periode sebelumnya. Sejarah, dinamika, dan strategi pengembangan Prodi Sosiologi Agama dipaparkan secara terbuka sebagai bagian dari pertukaran pengalaman akademik.
Ketua Prodi Sosiologi Agama UIN Alauddin Makassar, Dr. Asrul Muslim, turut menyampaikan kesiapan pihaknya untuk menjalin kemitraan yang produktif dan berkelanjutan dengan STT Arastamar Wamena. Pernyataan tersebut memperkuat semangat kolaborasi lintas institusi dalam membangun pendidikan tinggi yang inklusif, dialogis, dan berorientasi pada penguatan masyarakat.
Puncak kegiatan ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara pimpinan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar dan Ketua STT Arastamar Wamena. MoU ini menjadi dasar pelaksanaan kerja sama dalam kerangka Tridharma Perguruan Tinggi, meliputi:
-
Pendidikan dan pengajaran
-
Penelitian kolaboratif
-
Pengabdian kepada masyarakat
Bagi STT Arastamar Wamena, penandatanganan MoU ini memiliki makna yang strategis dan visioner. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas kelembagaan, meningkatkan kualitas akademik dosen dan mahasiswa, serta memperkaya perspektif keilmuan dalam membaca realitas sosial-keagamaan Papua yang unik dan kompleks.
Melalui kegiatan ini, STT Arastamar Wamena kembali menegaskan posisinya sebagai institusi yang tidak hanya berorientasi pada penguatan internal, tetapi juga aktif membangun jejaring nasional demi menghadirkan pendidikan teologi yang transformatif, kontekstual, dan berdampak luas bagi gereja serta masyarakat Papua Pegunungan di masa depan.